PENGALAMAN MENJADI SEORANG PENYIAR RADIO
picture by www.earthtimes.org
Menjadi seorang Penyiar sangat menyenangkan. Bisa berbicara di udara alias On Air memiliki semacam Feel tersendiri bagi saya. Bagaimana ceritanya saya bisa masuk ke dalam dunia Broadcasting ini? berikut flashbacknya.
Selepas lulus SMA, saya terkena demam akut masuk perguruan tinggi seperti layaknya fresh graduate SMA pada umumnya. Waktu itu keinginan saya bukan untuk masuk PT umum atau swasta, tapi Perguruan Tinggi Kedinasan (supaya keren). Tapi sialnya ditahun saya lulus SMA perguruan tinggi kedinasan tersebut tidak membuka penerimaan mahasiswa baru. Alhasil kebimbangan atau istilah sekarang galau menghampiri saya. Pilihan untuk masuk PT Negeri menjadi opsi yang sangat menarik saat itu. Saya memutuskan menunda setahun kuliah untuk mengejar PTK yang saya inginkan.
Di Bulan-bulan kosong tersebut saya mencoba mencari berbagai kesibukan dan sampailah saya pada sebuah postingan di sosial media mengenai Recruitment dan Training sebuah Radio di kota tempat saya tinggal. Menurut saya menjadi penyiar radio bagi seorang pemuda itu sangat kerenlah karena suara kita bisa di dengar banyak orang. Oke, setelah mengirimkan formulir saya mendapatkan arahan selanjutnya sama mas yang diradio untuk datang kembali buat briefing sebelum training. Yang mengagetkan adalah peserta training kebanyakan adalah adik kelas saya sewaktu sekolah di SMA dulu. Dalam training tersebut kami diajari teknik, cara, dan bagaimana menjadi seorang penyiar radio yang baik. Apa yang saya dapat seaktu training bisa dilihat disini ya TEKNIK DAN CARA MENJADI PENYIAR RADIO.
Banyak hal yang saya dapat pelajari ketika training. Ternyata dunia Broadcasting sungguh menyenangkan (menurut saya). Ada 4 orang yang memberikan training kepada kami. Setelah training usai, kami harus melewati 40 jam siaran untuk bisa mendapatkan sertifikat. Perasaan saya ketika pertama kali On-Air adalah gugup, gerogi, gak tahan, keringetan (padahal ruang ber-AC), cemas-cemas, tak karuan dan lain-lain. Pasalnya ini adalah kali pertama saya siaran. Untuk siaran, penyiar selalu ditemani mixer. Mixer ini adalah alat untuk mengontrol suara yang keluar di udara. Mixer ini juga sebagai alat untuk menjadi penampung output-output suara dari mic, komputer, dll. Ketika kita akan berbicara di depan mic, maka volume pada mixer harus dinaikkan. Masalahnya ketika itu adalah saya gugup berat. Ketika ID opening radio dibacakan oleh penyiar pendamping, saya pun hanya bisa terdiam tak berkutik karena saking gugupnya. Parahnya jari-jemari saya terasa sangat kaku dan berat untuk menaikkan volume mixer ketika akan bicara.
Hal-hal seperti diatas tidak hanya terjadi kepada saya, namun juga teman-teman yang sama-sama ikut training pun turut mengalami hal serupa. Namun seiring berjalannya waktu, saya sudah bisa mengatasi hal tersebut dan sudah bisa mengoperasikan mixer dengan baik. Untuk masalah kesejahteraan alias gaji, banyak yang mengatakan bahwa gaji penyiar itu kecil. Hal tersebut tidak sepenuhnya benar. Itu tergantung dari kebijakan radio masing-masing. Pendapatan radio sebagian besar bersumber dari spot-spot iklan. Menurut saya semakin besar Radionya, maka gaji pula akan berbanding lurus. Bagi saya tidak perlu gaji yang terlalu besar, karena kapasitas saya paruh waktu di radio. Saya juga menemukan kesenangan saat siaran, karena kita berinteraksi dengan orang lain yang notabene tidak saya kenal lewat udara. Banyak sekali keseruan yang saya dapat. Bagi saya, menyiar sudah seperti hobi.
Manfaat yang bisa kita dapat sebagai seorang penyiar radio adalah koneksi, kita bisa dikenal banyak orang, bahkan bisa menjadi terkenal, kemampuan bicara kita yang semakin baik dan masih banyak lagi. Untuk yang suka jadi artis, jadi penyiar radio juga bisa memberikan peluang kepada anda karena banyak juga artis-artis yang mengawali karirnya sebagai penyiar radio. Selain itu, anda juga akan dilirik untuk menjadi pembawa acara apabila ada event-event tertentu.
Intinya menjadi penyiar radio sangat menyenangkan.
Terima kasih atas Kunjungannya ya.
mantap:p
ReplyDeletehahahahahah
Deletekenapa harus menggunakan bahasa Ibukota.... Gunakan bahasa daerah asal dimana radio berada lebih baik dan mudah untuk berinteraksi dengan pendengar. Setidaknya gunakanlah bahasa Indonesia yang baik dan benar.
DeleteHindari penggunaan bahasa asing yang tidak lazim di masyarakat / pendengar tidak mengerti maksudnya. Ceritanya bagus tapi jadi sangat jelek karena penggunaan bahasa yang tidak tepat.
terima kasih koreksinya. Akan saya perbaiki. :)
DeleteTulisannya Sudah saya perbaiki, sehingga tidak alay lagi :)
ReplyDeletehai, apa semua stasiun radio bakal ngadain trainning buat penyiar barunya?
ReplyDeleteTergantung sama pihak radionya..
Delete