Agar Tidak Mudah Dimanipulasi dan Terhindar Penipuan

Critical Thinking emang ngaruh apa di hidup kita?

Pada saat kamu lagi jalan dan melihat iklan perumahan yang katanya jaraknya hanya 15 menit dari jalan tol atau stasiun? ternyata benaran 15 menit tapi kalau jalannya tengah malam alias pas jalan kosong.

Kalau ada yang datang nawarin investasi yang sangat mudah dan keuntungan tinggi maka kamu langsung tergiur, ternyata kamu ditipu investasi bodong.

Itulah pentingnya critical thinking.

Skeptis

Otak kita setiap hari dibanjiri sama berbagai informasi dan mostly yang ga kita cari. Akibatnya otak kita jadi punya banyak “pikiran kasar”. Kasar disini maksudnya adalah hasil terjemahan mentah dari informasi yang belum tentu benar. Ini yang bikin bahaya. Karena kita nanti akan mudah di manipulasi.

Kalau kita ga berpikir kritis, kita akan mudah percaya sama apapun yang kita lihat, yang kita baca dan yang kita dengar.

Karena saking banyaknya informasi setiap hari, otak kita suka ambil keputusan yang kurang tepat. Kenapa? karena kita tidak pengen repot. Manusia pengen selalu cari solusi termudah. Daripada capek-capek check and rechek, udah percaya aja. Makanya hoax dapat diterima dengan mudah.

Menurut buku Critical Thinking karya Tom Chatfield, ya manusia memang seperti itu. Pada saat memutuskan sesuatu, keputusan kita dipengaruhi oleh banyak hal seperti emosi, mood, kejiwaan, kedewaasaan dll. Berpikir bukan hal pertama yang kita lakukan. Kita merasakan terlebih dulu baru kemudian kita berpikir.

Tujuan utama dari critical thinking ini adalah mendapatkan sesuatu yang paling dekat dengan kebenaran, belum tentu benar tapi paling dekat. Karena untuk mendapatkan kebenaran dengan pasti, kita akan menghadapi banyak problem di keseharian, seperti: terlalu banyak informasi setiap harinya yang harus kita proses, dari semua informasi itu kebanyakan sifatnya receh alias ga gitu ngaruh ke kehidupan kita, kita ga punya waktu untuk menguji semua kebenarannya dan kita gabisa ngingat dan tracking semuanya. Iya kan?

Lalu kita harus bagaimana? kita harus punya rasa skeptis, yaitu mempertanyakan semua hal sebelum ngambil keputusan. Rasa skeptis ini akan jadi pintu kebenaran.

"Skepticism is the art of intellectual self-defense" - Susan Jacoby

BIAS

kita kenalan dengan 2 jenis bias yang biasa mempengaruhi keputusan kita.

  • Bias sadar, yaitu ketika kita itu sepenuhnya sadar kalau kita punya kesukaan tersendiri. Misal tim olahraga favorit kita. Karena udah terlanjur suka, jadi mau mainnya bagus atau engga tetap kita belain. Kita terlanjur mengidolakan seseorang, mau kesalahan apapun kita akan cari pembenarannya.
  • Bias tidak sadar. Opini kita didasasarkan pada sesuatu yang kita tuh belum sepenuhnya sadar. Misal saat mau nyari kandidat pegawai, si interviewer biasanya cenderung milih kandidat yang good looking, atau yang lebih muda karena mungkin dianggap lebih semangat kerja, ga cepat capek, dll. Padahal belum tentu.

Nah yang kedua ini yang sering terjadi. Jadi sekarang sebelum ketok palu mutusin sesuatu, stop sebentar dan inget2 lagi apakah ada bias yang kemungkinan mempengaruhi keputusan kita. Kalau ada, apa itu?

Rekonstruksi Pendapat

Kalau kita lagi ngobrol sama orang, gimana caranya kita bisa membedah argumen orang itu supaya kita paham sebenarnya maksud dia kemana.

  1. Apply the principle of charity: Tujuan kita adalah untuk menangkap maksud dia apa. Jadi jangan langsung di sela. Kita dengerin aja dulu. Kalau tidak, kita ga bakal dapat keseluruhan point of viewnya. Open minded, bukan berarti di telan mentah2.
  2. Identify the explicit premises: Setelah itu kita simpulkan maksudnya A atau B. Setelah itu kita reverse. Waktu dia ngomong ada hal2 explisit yang memang ada di omongan. Apa aja itu?
  3. Identify the implicit premises: Setelah itu baru kita lihat premis implisit nya alias yang tidak terlihat di perkataannya. Ibaratnya sesuatu yang diasumsikan maksudnya "itu" tanpa dia mengatakannya. Contonya ih suaramu bagus deh tapi lebih bagus kalau ga usah nyanyi. Waaaaaaa. Tau kan artinya apa?

Nah setelah itu kita akan dapat benang merahnya. Klaim implisit dan ekslisit nya apakah sejalan dengan kesimpulannya? kalau engga berarti bisa jadi dia bohong.

"Lah pas ngobrol emangnya kita punya waktu buat mikirin terori kayak ginian?" 

Sebenarnya otak itu udah otomatis ngelakuin dan menganalisis hal ini dan ini terjadi dengan secara sangat cepat. Sering kan kita lagi dengerin orang ngomong, tiba-tiba kita bisa yakin buat percaya/tidak sama omongannya.

Tapi kadang-kadang otak kita juga suka salah menghitung sehingga jadinya kesimpulannya keliru atau bias. Apalagi kalau kita ketemu sama orang yang sangat persuasif, punya suara bagus, narasinya oke, auranya karismatik, atau dia pinter make kata-kata dan juga orang yang manipulatif. Hal-hal kayak gini sering kita temukan di dunia marketing dan sales. Makanya jangan di telan mentah2.

Reasoning

Agar decision making kita makin jauh dari bias, lebih baik kita paham sama 3 jenis reasoning.

  • Deductive reasoning: Ini cara ambil keputusan termudah dan tersimpel karena berdasarkan detail informasi yang sudah ada. Contohnya Semua anjing punya telinga, golden retrievers adalah salah satu jenis anjing. Kesimpulannya, golden retriever juga pasti punya telinga.
  • Inductive reasoning: Ini cara ngambil kesimpulan dengan menggabungkan fakta dan observasi. Atau dengan kata lain kita ngambil keputusan berdasarkan kejadian yang sudah2. Contohnya kita mau nentuin tingkat populasi suatu kota. Dalam 15 tahun terakhir tren selalu meningkat, asumsi paling masuk akal tahun depan berarti juga meningkat.
  • Abductive reasoning: Ini yang paling komplit di antara keduanya. tapi juga sekaligus yang paling ribet dan makan waktu. Tujuannya disini adalah untuk memahami kenapa suatu hal itu seperti itu. Katanya Hukum gravitasi oleh newton itu ditemukan lewat reasoning ini. Kenapa apel bisa jatuh? apa penjelasan yang paling ilmiah dan masuk akal? Abductive reasoning ini butuh waktu karena kita harus nyari teorinya mengapa bisa seperti itu, terus pembuktiannya, bikin prediksi dll. Walaupun paling ribet, tapi ini teteap metode terbaik untuk menemukan alasan sebenarnya suatu hal.

Hati-hati sama manipulasi angka.

Kemampuan kita untuk mengenali sebab akibat itu kadang juga suka miss. Kita kadang suka menkhayal sesuatu itu berhubungan padahal engga. Dengan internet kita gampang banget dapat data dan sangat mudah untuk bikin claim korelasi asal2an. Orang bisa cocokologi 2 hal yang terlihat cocok padahal tidak berhubungan sama sekali.

Contohnya dari data ini, jumlah lulusan SMA itu trendnya kurang lebih sama dengan jumlah konsumsi pizza. Lalu apakah artinya jumlah lulusan sma naik karena konsumsi pizza semakin besar? atau sebaliknya? padahal kenyataannya engga. Ini 2 hal yang berbeda dan gada hubungannya. Nah jangan sampai kita menjadi korban non-sense seperti ini.

Hati-Hati juga sama klaim dan testimoni. Di iklan 4 dari 5 orang, 9 dari 10 orang sudah berhasil blablabla. Klaimnya dipublikasikan pasti untuk interest si publishernya. Testimoni bagus2? ya tentu saja yang di tampilkan bagus bahkan ada juga yang fake/buatan.

correlation does not imply causation

Guys waktu kita itu sangat terbatas, ga bisa ngeladenin semuanya. Jadi, gimana dong? Perhatiin aja sesuatu yang emang menantang keyakinan atau kepercayaan kita akan suatu konsep.

Jadi setiap saat kita mau ngambil keputusan, masukkan semua hal tadi baik kekurangan maupun kelebihannya dalam pertimbangan kalian and hopefully keputusan yang kalian ambil semakin mendekatkan kalian dengan kebenaran, that’s critical thinking.

Comments

Popular posts from this blog

TEKNIK DAN CARA MENJADI PENYIAR RADIO

SEPUTARAN BODY PAINTING